Situbondo – Malam minggu yang seharusnya menjadi waktu santai di kawasan wisata Beach Forest, Situbondo, berubah menjadi insiden yang tak diinginkan saat tujuh pemuda tertangkap tengah berpesta minuman keras (miras) oplosan. Kejadian pada 3 November 2024 sekitar pukul 22.00 WIB itu memicu keprihatinan, terutama bagi pengelola wisata yang telah memasang larangan keras untuk menjaga kenyamanan pengunjung.
Menurut H. Sulaiman, pemilik Beach Forest, pihaknya telah memasang papan larangan di beberapa titik strategis dengan peringatan tegas: “NO DRUGS, NO CRIME, NO FREE SEX”, serta aturan lain, termasuk batas aman mandi di pantai dan larangan menyalakan kembang api. Namun, Sulaiman mengakui bahwa pengawasan pengunjung tidak dapat dilakukan dengan ketat hingga ke tingkat penggeledahan.
“Kami sudah pasang tanda larangan dengan jelas di berbagai lokasi. Kalau ada pengunjung yang nekat membawa miras, itu di luar sepengetahuan kami. Pengelola juga tidak mungkin menggeledah setiap tamu yang datang,” ungkap H. Sulaiman saat dimintai klarifikasi.
Tidak hanya soal miras, insiden ini juga membuka isu lain. Para pemuda yang terlibat sempat mengeluhkan tarif masuk yang dianggap tidak resmi karena mereka tidak mendapatkan tiket fisik. Terkait hal ini, Sulaiman menjelaskan bahwa saat ini sistem tiket online sedang dalam perbaikan, sehingga tiket fisik memang tidak bisa dicetak sementara waktu.
“Tarif yang dikenakan sesuai dengan harga yang telah ditetapkan. Untuk berkemah, Rp50.000 untuk empat orang, sedangkan tarif Rp98.000 untuk tujuh orang sudah sesuai ketentuan. Hanya saja, sistem tiket online kami sedang dalam perbaikan, sehingga tiket fisik tidak dapat diberikan,” jelas Sulaiman.
Kapolsek Kendit, Iptu Harsono, menyampaikan bahwa patroli dilakukan untuk menjaga ketertiban dan keamanan jelang Pilkada Situbondo 2024. Dalam pemeriksaan, polisi menyita barang bukti berupa satu botol sisa miras oplosan yang diduga campuran arak dengan minuman berenergi serta empat motor milik para pemuda tersebut.
Insiden ini menjadi pengingat bahwa kawasan wisata membutuhkan kolaborasi ketat antara pengelola, pengunjung, dan pihak keamanan untuk menjaga kenyamanan bersama.