Situbondo – Indonesia, sebagai negara maritim yang kaya akan sumber daya alam, memiliki potensi besar dalam industri perikanan global. Salah satu komoditas yang tengah menjadi primadona adalah lobster. Namun, tahukah Anda bahwa Cina membutuhkan sekitar 7 miliar ekor lobster setiap tahunnya? Pasokan ini masih didominasi oleh Vietnam, Australia, Selandia Baru, dan Amerika Serikat, sementara Indonesia hanya menyumbang bagian kecil.
Melihat peluang emas ini, HRM Khalilur R Abdullah Sahlawiy, atau yang akrab disapa Haji Lilur, pemilik BALAD Grup, bertekad menjadikan Indonesia sebagai pemain utama dalam industri lobster dunia. Dengan strategi yang matang dan dukungan dari para ahli internasional, ia siap menembus dominasi pasar Cina.
“Sebagai pengusaha perikanan budidaya Indonesia, saya ingin menegaskan hegemoni pasar lobster di Cina. Untuk itu, saya menggandeng tiga kolega internasional dengan keahlian berbeda, yang akan memperkuat strategi besar ini,”_ tegas Haji Lilur.
Untuk menaklukkan pasar Cina, Haji Lilur menggandeng tiga sosok berpengaruh dalam dunia perikanan global:
Philip Gu – Ahli IPO & Konsultan Perikanan PBB
Pengusaha berkewarganegaraan ganda Singapura-Australia ini telah menjadi konsultan perikanan PBB selama lebih dari 10 tahun. Ia sukses membawa perusahaan rumput lautnya melantai di bursa Australia dengan lonjakan saham hingga 8.000 kali lipat hanya dalam beberapa hari setelah IPO.
“Ahli IPO seperti Philip Gu sangat penting untuk membantu perusahaan-perusahaan saya menuju IPO dan mengembangkan bisnis budidaya secara global,”_ kata Haji Lilur.
Cao Cung alias Cao Yue Ming – Ahli Hatchery & Rekayasa Genetika Lobster di Cina
Cina dikenal sebagai pelopor rekayasa genetika perikanan. Cao Yue Ming adalah pakar pembenihan lobster yang siap membawa inovasi genetika untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas budidaya lobster Indonesia agar mampu bersaing dengan Vietnam dan negara lain.
Lin Li – Dekan Fakultas Zoologi, Zhongkai College, Cina
Lin Li merupakan akademisi berpengaruh di industri perikanan, dengan pengalaman sebagai anggota komite penelitian perikanan di Cina dan Jerman. Keahliannya di bidang kesehatan dan pembiakan ikan akan memperkuat sistem budidaya yang lebih efisien dan berkelanjutan.
“Dengan kombinasi ahli IPO, pakar rekayasa genetika, dan akademisi perikanan terkemuka, saya yakin menguasai pasar budidaya perikanan di Cina hanya tinggal menunggu waktu,”_ ujar Haji Lilur penuh optimisme.
BALAD Grup saat ini mengelola kawasan budidaya Gugusan Teluk Kangean, Madura, Jawa Timur seluas 90.000 hektar, yang menjadi pusat produksi LOKETARU —sebuah ekosistem budidaya yang mencakup Lobster, Kerapu, Kerang, Kepiting, Teripang, Anggur Laut, Rajungan, Rumput Laut, dan Udang Kipas.
– 8.000 hektar untuk budidaya lobster
– 50.000 hektar untuk rumput laut
– Sisanya digunakan untuk komoditas lain dalam ekosistem LOKETARU
“Kami membangun ekosistem budidaya yang terintegrasi. Ini bukan hanya bisnis, tapi juga misi besar untuk menjadikan Indonesia sebagai raksasa perikanan dunia,”_ ujar Haji Lilur.
Tanggal 14 Maret 2025 akan menjadi hari bersejarah bagi BALAD Grup. Hari itu menandai puncak dari perjalanan panjang dan ekspansi besar dalam industri budidaya perikanan. “Saya sudah mencapai titik puncak dalam bisnis budidaya perikanan. Setelah ini, saya akan diam di media sosial dan tidak lagi berbicara tentang usaha budidaya. Perjalanan ini sudah mencapai level tertinggi,”_ ungkap Haji Lilur.
Namun, kisah suksesnya tidak berhenti di sini. Haji Lilur siap membuka babak baru dalam dunia bisnis dengan merambah industri rempah-rempah Nusantara.
Mulai April 2025, Haji Lilur akan fokus pada bisnis perdagangan rempah-rempah, membawa warisan kejayaan Indonesia ke panggung dunia.
“Indonesia adalah negeri rempah yang pernah berjaya di masa lalu. Saya ingin membawa kejayaan itu kembali. Transisi ini akan saya isi dengan perjalanan bisnis sambil menikmati kopi di berbagai kota, baik di Indonesia maupun di mancanegara,”tutunya.
Dengan visi besar, strategi matang, dan keberanian untuk terus berinovasi, perjalanan bisnis BALAD Grup dan Haji Lilur tampaknya belum akan berhenti. Dari lautan ke rempah-rempah, ia terus bergerak membawa nama Indonesia ke level dunia.